A Cup of Coffee
by. David J. Prasetyo

Petualangan Side-Hustle dan Survival Mode Di Masa Krisis Kehidupan

Posting Komentar

Petualangan side hustle bersama IndiHome
Pernah gak sih bayangin seandainya pekerjaan yang kita lakoni bertahun-tahun tiba-tiba terhenti begitu saja? Pekerjaan yang selama ini menjadi sumber asap dapur kini tak lagi mengepul? Ditambah dana darurat yang belum terplanning sama sekali, alias nggak punya dananya. Setidaknya itulah yang terjadi padaku sekitar 2 tahunan lalu.

Bingung? Sudah pasti. Setres? Hampir, sih. Hari-hari penuh renungan, lembaran demi lembaran lamaran terkirimkan, namun tak satupun ada panggilan. Di tengah carut marut pikiran, terlihat sebuah papan dengan tombol yang nampak kusam. Bukankah itu keyboard yang dulu kerap aku gunakan?

Keyboard yang selalu aku ketik dalam pembuatan naskah artikel untuk konten dalam blogku. Papan itu yang menjadi saksi bisu sepanjang masa pembelajaranku. Ia yang selama ini menemaniku untuk menekuni hobi dalam bidang menulis dan publikasi.

Sejenak aku merenung. Apakah ia masih bisa membantuku? Di masa yang kata anak-anak gaul bilang "Quarter Life Cryssis".

Kucoba melakukan research kecil-kecilan. Kira-kira apakah yang aku tekuni sebagai hobi ini bisa menghasilkan cuan?

Dan aku menemukan bahwa ternyata bidang kepenulisan memiliki peluang yang cukup menarik. Memiliki segmen pasar tersendiri dengan jumlah persaingan yang tak terlalu besar menurutku.

Khususnya untuk kepenulisan dengan jenis tertentu, masih sangat hijau untuk digarap. Akhirnya kucoba memilih menjadi seorang Content Writer untuk mengawali pembukaan layanan jasa penulisan artikel.

Mengumpulkan Materi Digital Writing

Oke, satu opsi sumber cuan sudah kupilih. Lalu apa selanjutnya? Tentu saja dengan pengetahuanku yang minimalis sangat kurang untuk membuka sebuah jasa. Maka untuk mencapai batas minimum kepantasan maka aku harus Memaksakan Diri.

Gak deh, hahaha. Mana boleh macam itu. Yang ada malah membuat kecewa kustomer. Ujung-ujungnya nanti dapat nama jelek di mata calon pelanggan.

Maka akupun mulai mencari materi dari berbagai sumber tentang kepenulisan. Khususnya kepenulisan konten.

Mulai dari artikel web, video YouTube, mikroblog Instagram, hingga file PDF yang dibagikan cuma-cuma oleh para senior. Gratisan adalah jalan ninjaku haha..

Dari pengumpulan materi ini cukup membuat pengeluaran membengkak. Setidaknya hampir 50 GB paket data dalam sebulan terkuras untuk scrolling blog, YouTube, Instagram dan download file-file E-Book. Mungkin next time bisa kali ya aku bagikan filenya sebagai freebie di blog ini.

Kesalahan Perdana Dalam Bisnis Jasa Content Writing

Kesalahan Perdana Dalam Bisnis Jasa Content Writing
Dengan berbekal pengalaman ngeblog dan materi yang sudah aku kumpulkan, ditambah bumbu motivasi dari para master yang bilang "Gas aja dulu, ntar diperbaiki sambil jalan", akhirnya aku beranikan diri membuka orderan untuk jasa penulisan konten.

Masuklah orderan pertama, seorang blogger yang lagi gak sempat nulis untuk blognya. Awalnya masih tanya-tanya harga, contoh artikel, dan sejenisnya. Hingga pada akhirnya deal untuk satu artikel.

Satu, iya satu. Buat testing dulu katanya. Kalau oke bakal lanjut ke borongan. It's oke sih. Tak terlalu masalah. Namanya juga baru merintis.

Aku buatkan artikel yang diminta sesuatu dengan judul dan kata kunci yang sebelumnya ia berikan kepadaku. Gak butuh waktu lama, artikel langsung kukirimkan ke emailnya.

Ding Ding…. Suara notif WA ku berbunyi. Kulihat dari bilah notifikasi, si buyer ini mengirim pesan padaku. Berharap screenshot "pembayaran terkirim" yang masuk. Namun ternyata justru sebuah kritikan pedas yang terbaca.

"Ini peletakan keywordnya kurang, terlalu kaku bahasanya, ini LSI-nya juga kurang, blablabla…" tulisnya panjang lebar.

Buset, orderan pertama langsung kena kritikan. Auto kena mental ini kalau anak masa kini hehe..

Tapi layaknya sambal bawang, meski terasa pedas pasti selalu membuatku ketagihan. Berbekal kritikannya aku perbaiki tulisan tadi. Dan jadilah sebuah konten baru.

"Ding Ding….", bersuara lagi notifikasi pesan instan itu. Apakah ini kritikan keduanya? Atau justru lebih mengerikan?

Setelah kubuka isi pesannya ternyata sebuah ungkapan rasa cukup untuk konten revisi tadi.

"Yang ini lebih baik dari sebelumnya sih mas, gapapa aku bayar konten yang ini, tapi perlu ditingkatkan lagi," tulisnya sambil melampirkan sebuah file berisi screen capture bukti transfer.

"Alhamdulillah..," kataku.

Saat itu pula langsung aku umumkan close order untuk layanan jasa yang baru aku buka belum ada sehari ini.

"CLOSE ORDER!! SLOT PENUH!!" Tullisku.

Sebenarnya juga bukan karena penuh, sih. Lebih menjadi intropeksi aja dengan kualitasku pasca kena "semprot" buyer pertama, hahaha..

Lanjut aku evaluasi apa yang kurang dan mengapa bisa terjadi demikian. Aku baca lembaran demi lembaran materi yang kemarin aku kumpulkan. Khususnya bagian pemasaran.

Ternyata ada satu step yang aku lewati, yakni melakukan market test atau pengujian pasar. Yang aku pahami ini seperti pengujian sebelum produk atau jasa dilepas ke pasar.

Inilah kesalahanku, aku tidak melakukan pengujian terlebih dahulu apakah tulisanku layak atau tidak. Apakah tulisanku sesuai kaidah SEO yang berlaku atau tidak. Dan sederet pertanyaan yang mustinya dari awal aku pertanyakan.

Okelah lanjut aja aku lakukan pengujian kepada teman bloggerku yang sebelumnya sudah membuka jasa penulisan juga. Ini kerennya, meskipun memiliki bisnis yang sama kami tak pernah merasa tersaingi. Justru kami saling support dan membantu penjualan diantara kami.

Aku buat setidaknya 3 buah artikel dengan berbagai gaya penulisan. Yang selanjutnya aku kirim ke temanku untuk direview. Diberilah aku beberapa evaluasi terhadap tulisan dan baiknya dia berikan saran penyelesaiannya juga.

Berlatih dan terus berlatih. Evaluasi demi evaluasi. Hingga akhirnya dia bilang, "Udah cukup oke nih, udah bisa dipasarkan mustinya."

Dan keesokannya aku beranikan membuka kembali slot orderan jasa penulisan. Dan dapatlah pembeli yang masih satu grup WhatsApp denganku.

Untuk order pertamanya ditambah dengan pancingan dari temanku akhirnya dia beranikan membeli paketan 10 artikel. Kaget dong daku. Mana bisa langsung banyak saya selesaikan. Maka aku nego untuk waktu penyelesaiannya 3 hari. Syukurnya ia mengiyakan.

3 hari selanjutnya aku hubungi dia dan mengkonfirmasikan bahwa artikel pesanannya sudah selesai. Dia lakukan pembayaran langsung dan aku mengirimkan berkasnya ke email yang dia minta.

Setelahnya ia hilang tanpa kabar.

Tak ada review artikel atau feedback apapun. Kucoba hubungi WhatsApp-nya dan menanyakan bagaimana artikelnya, apakah ada revisi atau tidak. Dan dia bilang, "Aman mas, bagus hasilnya. Saya juga langsung publikasikan di webnya."

Seneng campur bingung. Seneng karena gak perlu ada revisi dan drama gak mengenakkan lainnya, namun bingung ini beneran bagus atau pembeli yang kurang paham juga.

Ah sudah ya, yang jelas sudah tidak ada masalah pada layananku. Toh uang juga sudah diterima lunas. Hehe…

Rekrutmen Tim Penulis Hingga Pembangunan Digital Agency

Rekrutmen dan awal pembentukan digital agency
Hari-hari selanjutnya sudah mulai terbiasa dan bisa menyesuaikan dengan kemauan klien atau pembeli. Revisi juga minim. Review positif sering dilayangkan. Lumayan jadi bahan testimoni hehe..

Aku yang awalnya hanya bisa handle satu orang pembeli tiap hari dengan penyelesaian artikel maksimal 3 biji perhari, kini lambat lain mulai mampu menaikkan batas minimum.

Tentu naiknya batas minimum ini karena dibarengi naiknya minat pembeli. Kebanyakan mereka adalah orang yang pernah order dan melakukan repeat order kepadaku. Sebagian lain datang atas rekomendasi pembeli saya sebelumnya. Dan sisanya datang dari promosi di sosial media.

Hingga pada suatu titik dimana aku benar-benar kewalahan menghadapi pembeli. Dimana orderan datang dari para penjual jasa backlink dan PBN. Yang mana mereka rata-rata order diatas 10 artikel. Artikel yang mereka beli biasanya digunakan untuk menanam backlink yang dibeli oleh klien mereka.

Tuntutan selesai dengan cepat dan juga kesigapan respon, khususnya ketika ada revisi, cukup membuatku pusing. Belum selesai urusan dengan si A, datang si B meminta hasil, belum lagi si C (calon buyer) yang tanya-tanya harga dan sejenisnya.

Meski sistem antrian sudah aku berlakukan, namun tetap saja mereka meminta didahulukan. Takut mereka pindah ke toko sebelah, jadilah kucari bala bantuan. Tapi karena teman yang paham digital writing hanya segelintir, itupun juga teman online, maka kuputuskan untuk membuka lowongan kerja.

Asek banget yak, dari diputus hubungan kerja jadilah membuka lowongan kerja, hehehe..

Singkat cerita aku buka lowongan kerja sebagai content writer dan aku iklankan di sosial media. Agar mempermudah dalam ngajarinnya, jadi aku tambahin syarat seorang blogger. Karena blogger kemungkinan besar sudah memahami dasar digital writing, dasar SEO, dan dasar dari optimasi konten.

Dan masuklah beberapa orang pelamar. Dari sekitar 20 orang aku ambil 10 orang yang menurutku mumpuni.

10 orang inilah yang membantuku selama satu bulan. Dan setelahnya dapatlah aku evaluasi hasil mereka. Dan dapatlah 3 orang yang kinerjanya bagus. Mulai dari hasil tulisan yang optimal, rapi, terstruktur, dan tentunya sesuai dengan standar yang sebelumnya aku buat.

Bersama 3 orang penulis ini aku memulai sebuah petualangan baru. Yakni membentuk sebuah digital agency dengan mengusung nama Jagoan Konten.

Awal pembuatan website untuk Jagoan Konten
Awal pembuatan website untuk Jagoan Konten

Selama lebih dari setahun aku bersama 3 orang timku berpetualang dalam nama merek Jagoan Konten ini. Dalam setahun ini pula aku mencoba mengembangkan sayap agensi tersebut. Bukan cuma jasa pembuatan artikel konten yang aku terima, melainkan bertambah hingga ke jasa press release, penanaman backlink, jasa instalasi tema dan plugin WordPress hingga jasa pembuatan situs.

Dari Jagoan Konten ini brandingku sebagai penulis konten mulai dikenal. Dari petualangan setahunan ini aku dapat banyak koneksi mulai dari sesama penulis konten dan pemilik agensi (kebetulan saya menjalin kerjasama dengan banyak agensi yang sejenis dan sealiran dengan Jagoan Konten).

Pada awal 2021 aku mendapat panggilan kerja di sebuah perusahaan yang bonafit di ibu kota Jawa Timur, ya Surabaya. Tawaran yang menggiurkan karena gaji yang ditawarkan berkali lipat dari UMR kota tempatku tinggal dan juga berkali lipat dari penghasilan Jagoan Konten pastinya.

Namun aku tidak meninggalkan Jagoan Konten begitu saja, aku masih mengelolanya dan menjadikannya “Side-Hustle”. Bagaimanapun ia yang membersamai dan “menghidupi” aku selama masa serangan virus. Hingga pada akhir 2021 aku musti melakukan rebranding. Dan jadilah Daha Digital Agency yang hingga saat ini masih berdiri dengan domain dahadigital.com.

Meski rebranding, namun pelayanan yang diberikan tidak jauh berbeda. Bahkan aku mengklaim lebih baik dari sebelumnya. Hehe self-claim ceritanya…

Pentingnya Koneksi Internet Dalam Petualangan Side-Hustle

Selama menjalani bisnis bisnis bersama Jagoan Konten yang kini menjadi Daha Digital, manfaat internet sangat terasa pentingnya dalam hidupku. Jauh lebih penting dibandingkan segelas kopi yang ku sruput dikala menyambut hari.

Hal ini karena hampir sebagian besar (atau mungkin keseluruhan) aktifitas kulakukan secara online. Mulai dari pemasaran, hubungan bersama klien, hingga pengelolaan team dan job dilakukan secara online. Untuk itu aku lebih memilih mengunakan WiFi daripada paket data.

Sudah bisa dibayangkan seandainya menggunakan paket data berapa ratus ribu aku habiskan untuk membeli paket data. Karena konsumsi laptop, hp, dan android tv (ini dipakai adekku sih) sudah cukup besar. Maka pemilihan WiFi dengan teknologi fiber optik sudah tepat menurutku.

Aku sendiri menggunakan IndiHome untuk provider WiFi ini. Ada beberapa alasan mengapa aku memilih produk dari Telkom Indonesia ini. Selanjutnya bakal aku tulis di bawah ya…

Mengapa IndiHome Cocok Untuk Pekerja Online?

Mengapa harus IndiHome??
Alasan yang pasti karena jangkauan yang luas. Karena saat ini sebagian besar wilayah sudah bisa tercover jaringan fiber optik IndiHome. Khususnya di kawasan Jabalnusra (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) meski demikian di luar pulau tersebut juga banyak sebarannya bahkan hingga ke kampung-kampung.

Alasan selanjutnya adalah koneksi yang stabil dan cepat, hal ini karena IndiHome menggunaka teknologi fiber optik dalam menyalurkan sinyal kepada pelanggannya. Teknologi fiber optik sendiri dikenal memiliki transmisi data tercepat saat ini. Kecepatan transmisi data fiber optik mencapai hingga 1 Gigabyte per detik. Dengan transmisi data yang baik inilah yang menjadikan IndiHome memiliki kecepatan download dan upload yang cukup kencang dan stabil.

Bukan hanya itu, IndiHome juga memiliki paket yang sudah bundling dengan harga yang terjangkau. Paket yang kumaksud adalah paket 3Play atau biasa disingkat 3P. Dalam paket ini kita tidak hanya mendapatkan akses WiFi dengan kecepatan up-to 30 Mbps saja, melainkan juga akses telepon dan TV Digital. Meski kita mendapat layanan yang lengkap seperti telepon, tv, dan internet tentunya, tapi harga masih terbilang terjangkau di harga 300 ribuan perbulan.

Jika dirasa keberatan, IndiHome masih memiliki pilihan paket lain yakni 2Play yang mana kita bisa memilih 2 layanan saja dalam satu paket. Misalnya internet dan tv yang sebelumnya disebut Paket Streamix, atau paket internet dan telepon saja yang sebelumnya disebut Paket Phoenix. Dengan harga yang juga masih terjangkau dengan speed yang memadai.

Banyak Promo hehehe.. ini alasan utama kenapa aku memilih IndiHome. Banyak promo yang hampir tiap bulan diadakan. Untuk aku dulu dapat promo diskon pembayaran bulanan,yang mana mustinya membayar 300 ribuan, aku hanya membayar sekitar 50 ribuan saja. Untuk saat inipun IndiHome juga sedang melakukan promo besar-besaran dari biaya pasang yang didiskon hingga 50%. Selain itu juga berlangsung promo harga paket dengan speed 100 Mbps dengan harga hanya 600 ribuan saja. Jauh lebih murah dan lebih hemat kantong kan.

Dan tambahan yang unik, inipun juga aku baru tahu dari sales yang dulu membantu saya memasangkan IndiHome di rumah. Ternyata IndiHome memiliki program loyalti dan affiliasi. Program loyalti ini sistemnya adalah dengan memberikan poin dalam setiap kali transaksi. Yang mana poinnya bisa ditukarkan dengan barang nyata di plasa Telkom terdekat atau penawaran yang tersedia.

Sedangkan untuk program affiliasi ini bernama Sobat IndiHome (Sobi) yang mana sistemnya kita bakal mendapatkan poin setiapkali kita berhasil merekomendasikan orang untuk memasang IndiHome. Poin ini nantinya bisa dikonversi menjadi saldo T-Money dan bisa diuangkan. Namun kita musti melakukan verifikasi T-Money dengan mengisi form di Customer Service Plasa Telkom.

Program seperti ini sangat menarik bahkan menguntungkan pelanggan sepertiku. Bisa jadi tambahan sumber income dan juga jadi side-hustle atau pekerjaan sampingan tentunya. Memang benar kalau IndiHome jadi Internetnya Indonesia.

Tunggu apalagi, yuk pasang IndiHome di rumahmu. Dan nikmati berbagai loyalti dan keuntungan lainnya seperti yang aku tulis di atas. Kunjungi situ IndiHome dan cek areamu lalu pilih paketnya sekarang

David J. Prasetyo
David J. Prasetyo
Cuma sekedar buruh ketik di beberapa web dan media.

Related Posts

Posting Komentar